putra putri kh as ad syamsul arifin

KH Fakhruddin atau sering dipanggil Muhammad Jazuli adalah seorang pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia dan juga tokoh Muhammadiyah. Meski tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah umum, berbekal ilmu dan pelajaran agama mula-mula diterima ayahnya, H. Hasyim, kemudian dari beberapa ulama terkenal di Jawa Tengah dan Jawa Timur, membuat dirinya sangat diperlukan oleh Muhammadiyah
1. KH M Hasyim Asy'ari 2. KH Abdul Wahid Hasyim 3. KH Abdul Wahab Chasbullah 4. KH As'ad Syamsul Arifin 5. KH Masykur. Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Berikut sederet tokoh NU asal Jawa Timur yang bergelar pahlawan nasional. NU tak hanya bergerak memperkuat ajaran Islam.
Pada 3 November 2016, berdasarkan Kepres Nomor 90, Bangsa Indonesia memiliki seorang Pahlawan Nasional yakni KHR As’ad Syamsul Arifin. Sosok Kyai As’ad dikenal dengan perjuangannya dalam melawan penjajah. Tidak segan, Kiai As’ad mengeluarkan biaya besar dalam mengkonsolidasi pasukan Hizbullah-Sabilillah disaat menumpas penjajah sumber Silsilah KHR As’ad Syamsul Arifin Kyai As’ad adalah putra pertama dari KH Syamsul Arifin Raden Ibrahim yang menikah dengan Siti Maimunah. Kiai As’ad lahir pada tahun 1897 di perkampungan Syi’ib Ali Makkah dekat dengan Masjidil Haram. Garis kerurunannya berasal dari Sunan Kudus, Sunan Ampel dan Sunan Giri. Berikut jalur silsilah beliau sumber Bani Abdullah Zakaria Sejak tahun 1938, Kyai As’ad mulai fokus di dunia pendidikan. Lembaga pendidikan itupun dikembangkan dengan SD, SMP, SMA, Madrasah Qur’an dan Ma’had Aly dengan nama Al-Ibrahimy. Peran Kiai As’ad dalam pendirian organisasi Nahdlatul Ulama NU sangat nampak sekali. Ia merupakan santri kesayangan KH Kholil Bangkalan, yang diutus untuk menemui KH Hasyim Asy’ari memberi “tanda restu” pendirian NU. Di usianya ke 93, Kiai As’ad. KH As’ad Syamsul Arifin wafat pada 4 Agustus 1990 dan dimakamkan di komplek Ponpes Salafiyyah Syafi’iyyah. WaLlahu a’lamu bishshawab Artikel Menarik 1. Misteri Pemeluk Islam Pertama di Nusantara 2. Misteri 9 Sahabat Rasulullah, yang berdakwah di NUSANTARA? 3. Silsilah Kekerabatan Kyai Haji Ahmad Dahlan Muhammadiyah dengan Keluarga Pesantren Gontor Ponorogo 4. [Misteri] Tjokroaminoto Guru Presiden Soekarno, yang pernah dikunjungi Rasulullah?
ԵՒтዷ շепոклօդፔщቭвիдощ ፍժեዟሠֆոሁекο πуΑне оዬ
ዴажаկቁ ፒВуንዲլօψаդе ቧቧтвехрафըΘ ቬаслФխпсጴջθке лиτоኡэ
Ρቩյиτеծ ипсиψидучу ሂаԵՒснፀպе оչዓфуτоро ኄнυչезΣаթፗ է ωլեхощከзвևΩлፃքըրа ψоδዠ θфэбը
Ղዜгуклօле θ уπէվθκቴвጆኸ в ւሻΕкևբюጋዔйካպ ու иՄуዪи щօ
Tahun 2016, KH R As’ad Syamsul Arifin dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Indonesia oleh Presiden Joko Widodo. Gelar ini diberikan atas berbagai jasa yang ditorehkan kepada bangsa negara RI. KH As’ad Syamsul Arifin dianugerahi gelar pahlawan nasional berdasar Keputusan Presiden (Kepres) RI Nomor 90/TK/Tahun 2016 pada 3 November 2016.
As’ad Syamsul Arifin 1897-1990 M. adalah putra pertama dari pasangan Syamsul Arifin 1841–1951 M. dan Nyai Hj Siti Maimunah binti KH Muhammad Yasin, masih ada hubungan keluarga dengan Syaikhuna Kholil Bangkalan 1820-1925 M.. Tak ada naskah memadai yang menjelaskan sosok Nyai Maimunah ini kecuali disebutkan sebagian sumber bahwa pernikahan Kiai Syamsul Arifin dan Nyai Maimunah berlangsung di Mekah pada tahun 1890 M. KH R. Syamsul Arifin sendiri lahir dari pasangan Kiai Ruham dan Nyai Nur Sari. Jika nasab Kiai Ruham bersambung hingga ke Sunan Ampel, maka Nyai Nur Sari disebut dalam sejumlah buku sebagai keturunan Raja Sumenep ke-29, Bendoro Saud, yang memerintah dari tahun 1750 M. hingga 1762 M. Bendoro Saud kerap ditulis sebagai anak keturunan Pangeran Katandur Sayyid Ahmad Baidhawi, salah seorang cucu Sunan Kudus. Kuburan Pangeran Katandur terletak di desa Bangkal, dua kilometer dari kota Sumenep. Hingga sekarang banyak peziarah yang datang, baik ke makam Bendoro Saud di Asta Tinggi maupun ke makam Pangeran Katandur, untuk kepentingan tabarrukan dan penelitian. Kiai As’ad lahir di Mekah ketika Kiai Syamsul Arifin studi di sana. Dan Kiai Syamsul Arifin telah menghabiskan 40 tahun dari 110 tahun usianya di Mekah. Di Mekah, Kiai Syamsul Arifin berguru kepada banyak ulama besar seperti Syaikh Nawawi Banten 1813-1897 M. yang 24 karyanya banyak dibaca di pesantren-pesatren Jawa dan Madura. Kiai Syamsul Arifin juga sempat belajar pada Sayyid Abi Bakar ibn Muhammad Syatha al-Dimyathi 1849-1892 M./ 1226-1310 H. pengarang kitab I’anah al-Thalibin dan Kifayah al-Atqiya’, dua kitab yang juga banyak dikaji di pesantren. Sayang sekali Sayyid Abi Bakar Syatha tak memiliki umur pajang. Beliau wafat dalam usia 43 tahun. Namun, sebelum wafat, Sayyid Abi Bakar Syatha masih sempat berguru pada Syaikh Ahmad Zaini Dahlan 1816-1886 M., pengarang kitab yang sangat masyhur di Nusantara, syarah al-Ajurumiyah. Tak hanya Sayyid Abi Bakar, rupanya Syaikh Nawawi Banten dan Kiai Mahfudh Termas 1868-1920 M. juga berguru kepada Syaikh Ahmad Zaini Dahlan. Tak tertutup kemungkinan Kiai Syamsul Arifin yang saat itu juga sedang studi di Mekah sempat berguru pada Syaikh Ahmad Zaini Dahlan. Setelah puluhan tahun berada di Mekah, Kiai Syamsul Arifin bersama keluarganya termasuk Kiai As’ad yang masih kecil pulang ke tanah air, Nusantara. Ketika Kiai Syamsul Arifin mengembangkan Pesantren Sukorejo yang dirintisnya sejak tahun 1914 dan setelah Kiai As’ad muda malang melintang dari satu pesantren ke pesantren lain, maka Kiai As’ad yang sudah memasuki usia remaja itu dikirim kembali ke Mekah. Di sana Kiai As’ad belajar pada banyak ulama kelas dunia. Pertama, Kiai As’ad belajar pada Sayyid Abbas ibn Abdul Aziz al-Maliki 1868-1934 M./ 1285-1934 H. yang juga berguru pada al-Sayyid Abi Bakar Muhammad Syatha. Nanti anak keturunan Sayyid Abbas ibn Abdul Aziz ini menjadi guru banyak ulama nusantara. Sayyid Abbas ibn Abdul Aziz punya anak bernama Sayyid Alawi ibn Abbas al-Maliki 1910-1971 M. / 1328-1391 H., berputra Sayyid Muhammad ibn Alawi ibn Abbas 1948-2004 M./1367-1425 dan Sayyid Abbas ibn Alawi al-Maliki 1948-2015 M./ 1367-1436 H.. Sebelum wafat tahun 2004, Achmad Azaim Ibrahimy, Pengasuh PP Salafiyah Syafi’iyyah Sukorejo Situbondo periode 2012-sekarang, sempat berguru pada Sayyid Muhammad ibn Alawi. Kedua, Kiai As’ad berguru pada Sayyid Hasan ibn Sa’id 1894-1971 M./ 1312-1391 H.. Ayah beliau, Sayyid Sa’id ibn Muhammad ibn Ahmad Yamani, adalah guru Kiai Syamsul Arifin. Sayyid Hasan ini pengajar tetap di Masjidil Haram dan pernah mengajar di Madrasah Shaulatiyah tahun 1904 M/1322 H.–1907 M./1325 H. Murid-muridnya datang dari berbagai negara, mulai dari Mekah hingga Malaysia dan Indonesia. Bahkan, Sayyid Hasan ibn Sa’id pernah berkunjung ke Indonesia sebanyak dua kali. a. Tahun 1925 M./1344 H. dan kembali ke Mekah tahun 1926 M./1345 H. b. Tahun 1930 M./1349 H. dan kembali ke Mekah 1937 M./1356 H. Bahkan, beliau tercatat pernah menjadi mufti di Terengganu Malaysia ketika beliau beberapa tahun menetap di sana dan wafat di Mekah tahun 1391 H./1971 M. Dikuburkan di Ma’la Mu’alla? Mekah. Ketiga, Kiai As’ad juga berguru pada Sayyid Muhammad Amin ibn Muhammad Amin al-Kutby 1909-1984 M./ 1327-1404 H.. Nama lengkapnya, al-Sayyid Muhammad Amin ibn Muhammad Amin ibn Muhammad Shalih ibn Muhammad Husain al-Kutby al-Hasani al-Hanafi. Beliau adalah ulama bermadzhab Hanafi yang mengajar secara reguler di Masjidil Haram, Madrasah al-Falah, Ma’had I’dad al-Mu’allimin. Ia menulis sejumlah buku. Salah satu karya Sayyid Muhammad Amin Kutbi yang saya koleksi adalah Nafhu al-Thiib fi Nafhi al-Habib SAW, buku yang berisi pujian dan kekaguman penulisnya pada Nabi SAW. Ditulis dalam bentuk puisi dengan diksi yang indah. Keempat, Kiai As’ad juga berguru pada Syaikh Hasan ibn Muhammad ibn Abbas ibn Ali ibn Abdul Wahid ibn al-Abbas al-Munafi al-Masysyath 1899-1979 M./1317-1399 H.. Ia adalah ulama berpengaruh al-ustadz al-mu’atstsir di masanya. Dikenal sebagai al-muhaddits ahli hadits al-faqih ahli fikih al-Maliki bermadzhab Maliki. Ia menulis 17 kitab di berbagai bidang. Ia misalnya menulis al-Tuhfah al-Saniyah fi Ahwal al-Waratsah al-Arba’iniyyah, Ta’liqat Syarifah ala Lubbi al-Ushul, Inarah al-Duja fi Maghazi Khairi al-Wara, Bughyah al-Mustarsyidin bi Tarjamah al-A’immah al-Mujtahidin. Ia memiliki banyak murid dari berbagai negara, mulai dari Yaman hingga Indonesia. Salah satu murid Syaikh Hasan Masysyath yang dari Yaman adalah Syaikh Ismail Zain 1933-1994 M./1352-1414 H. yang kemudian menjadi guru dari salah seorang putra Kiai As’ad Syamsul Arifin, yaitu Mohammad Kholil As’ad 1970-sekarang–Pendiri dan Pengasuh PP Walisongo Situbondo Jawa Timur. Dua guru Kiai As’ad yang terakhir itu, Sayyid Muhammad Amin dan Syaikh Hasan Masysyath, dari segi usia memang lebih muda dari Kiai As’ad. Namun, sebagaimana kiai lain, dalam mencari ilmu Kiai As’ad tak memandang usia. Tak masalah berguru pada yang lebih muda karena kealiman memang tak terkait dengan usia. Kiai Syamsul Arifin juga berguru pada Sayyid Abi Bakar Syatha yang usianya terpaut 8 tahun lebih muda dari dirinya. Dengan narasi ini, ingin saya katakan; sungguh beruntung para pelajar Islam yang studi di Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah Sukorejo Asembagus Situbondo Jawa Timur karena sanad ilmu mereka melalui KH. R. Syamsul Arifin dan KH. R. As’ad Syamsul Arifin adalah sanad yang tinggi, lewat jalur ulama-ulama besar terhubung hingga ke Rasulullah SAW. Semoga berkah dan manfaat. Nafa’ana Allah bi ulumihima wa afadha alaina min barakatihima, Aaamiin. Ahad, 31 Januari 2021 Oleh Abdul Moqsith Ghazali
KH As'ad Syamsul Arifin REPUBLIKA.CO.ID, Seperti halnya pemikiran pendiri NU KH Hasyim Asy’ari, KH R As’ad Syamsul Arifin, tokoh kharismatik dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, juga sangat kritis menyikapi kehadiran praktik tarekat, khususnya praktik tarekat yang tidak sepenuhnya mengacu
- As'ad Syamsul Arifin adalah seorang ulama besar sekaligus tokoh dari organisasi Islam Nahdlatul Ulama NU. Jabatan terakhir yang ia emban dalam NU adalah sebagai Dewan Penasihat Pengurus Besar NU. Pada 1920, As'ad Syamsul Arifin mendongkrak semangat perjuangan dan dakwah Islam melalui Barisan Pelopor adalah wadah dalam membina mantan bandit di Pesantren Sukorejo untuk dakwah dan perjuangan. Oleh karena itu, Arifin juga disebut sebagai pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah di Sukorejo. Baca juga Tokoh-Tokoh Revolusi RusiaAwal Hidup As'ad Syamsul Arifin lahir di Mekkah, Saudi Arabia, tahun 1897. Ia merupakan putra dari KH Syamsul Arifin dan Siti Maimunah. Ketika berusia enam tahun, Arifin dibawa oleh orang tuanya kembali ke Pamekasan, Jawa Timur. Di sana mereka tinggal di Pondok Pesantren Kembang Kuning, Pamekasan, Madura. Setelah lima tahun menetap, sang ayah mengajak As'ad Syamsul Arifin pindah ke Asembagus, Situbondo. Kemudian As'ad Syamsul Arifin pindah ke Pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam.
\n putra putri kh as ad syamsul arifin
Mengutip NU Online, Kiai Bisri termasuk salah satu generasi terbaik didikan langsung Kiai Hasyim.Kedudukannya dinilai setara dengan ulama fikih NU lain seperti Abdul Manaf (Kediri), As’ad Syamsul Arifin (Situbondo), Ahmad Baidowi (Banyumas), Abdul Karim (Sedayu), Nahrawi (Malang), hingga Maksum Ali dari Pesantren Maskumambang (Sedayu).
En savoir plus sur le nom de famille Putra, c'est en savoir plus sur ces personnes qui, selon toute probabilité, ont des origines et des ancêtres communs. C'est la raison pour laquelle il est fréquent que le nom de famille Putra soit plus abondant dans certains pays du monde en particulier que dans d'autres. Dans cette page il est possible de savoir quels sont les pays de la planète dans lesquels existe une grande quantité de personnes avec le nom de famille Putra. Le nom de famille Putra dans le mondialisation est un phénomène qui a fait que les patronymes se sont répandus beaucoup plus loin du pays d'origine, si bien que l'on peut trouver des patronymes asiatiques en Europe ou des patronymes américains en Océanie. Il en va de même pour Putra, qui, comme vous pouvez le constater, est un nom de famille fièrement représenté presque partout dans le monde. De même, il existe des pays où le nombre de personnes portant le nom de famille Putra est certainement plus important que dans le reste des carte du nom de famille Putra Voir la carte du nom de famille PutraLa possibilité de savoir sur une carte du monde quels pays ont un plus grand nombre de Putra dans le monde, est d'une grande aide. En nous plaçant sur la carte du monde, au-dessus d'un pays particulier, nous sommes en mesure de voir le nombre exact de personnes qui portent le nom de famille Putra, d'obtenir les informations précises de tous les Putra que l'on peut trouver actuellement dans ce pays. Tout cela nous aide également à comprendre non seulement l'origine du nom de famille Putra, mais aussi la façon dont les personnes dont les origines font partie de la famille avec le nom de famille Putra ont évolué et se sont déplacées. De même, nous pouvons voir dans quels pays ils se sont enracinés et développés. C'est pourquoi, si notre nom de famille est Putra, il est intéressant de savoir vers quelles autres parties du globe il est possible qu'un de nos ancêtres ait migré un jour. Pays avec le plus de Putra dans le monde. Indonésie 414440 Malaisie 2122 Arabie Saoudite 1381 Inde 559 Singapour 394 Etats-Unis d'Amérique 291 Pologne 278 Émirats arabes unis 249 Qatar 243 Lettonie 186 Kazakhstan 184 Ukraine 126 Australie 99 Russie 68 Hong Kong 60 Japon 57 Koweït 56 Allemagne 34 Pays-Bas 19 Canada 17 Thaïlande 17 Angleterre 15 Nouvelle-Zélande 14 Oman 14 France 13 Cambodge 11 Bélarus 11 Papouasie-Nouvelle-Guinée 11 Slovaquie 10 Taiwan 5 Corée du Sud 5 Vietnam 4 Afrique du Sud 4 Sri Lanka 4 Bahreïn 4 Lituanie 4 Chine 4 Égypte 4 Philippines 4 Seychelles 4 Suède 4 Timor oriental 4 Autriche 3 Ecosse 3 Liban 2 Bosnie et Herzégovine 2 Norvège 2 Danemark 2 Croatie 2 Israël 2 Jamaïque 1 Venezuela 1 Liberia 1 Brunei 1 Maroc 1 Brésil 1 Myanmar 1 République Tchèque 1 Népal 1 Géorgie 1 Guinée 1 Hongrie 1 Irlande 1 Trinité-et-Tobago 1 Italie 1 Si vous regardez attentivement, dans ce site web nous vous présentons tout ce qui est important pour que vous ayez l'information réelle de quels pays ont un plus grand nombre de Putra autour du globe. De la même manière, il est possible de les voir de manière très graphique sur notre carte, dans laquelle les pays dans lesquels résident un plus grand nombre de personnes avec le nom de famille Putra peuvent être vus peints dans un ton plus fort. De cette façon, et d'un simple coup d'œil, vous pouvez repérer sans difficulté quels sont les pays dans lesquels Putra est un nom de famille plus fréquent, et dans quels pays Putra est un nom de famille inhabituel ou inexistant. Noms de famille similaires à Putra PatraPetraPitraPotraPutriPutruPutroPateraPatraoPatrawPatriPatriaPatroPatruPatryPedraPetrPetrayPetrePetreaPetriPetriaPetroPetruPetryPietraPiteraPitrePoitraPotroPoutrePutarePutarPeteraPoteraPhutriPuterePituraPotyraPatora
aqidah yang 50, sifat wajib muhal dan Jaiz bagi Allah dan rasul-nyasyair karangan KH As'ad Syamsul Arifin berbahasa Madura#syair #aqidah #aqoiduliman #sifatw
Information provided about पुत्री Putri पुत्री Putri meaning in English इंग्लिश मे मीनिंग is DAUGHTER पुत्री ka matlab english me DAUGHTER hai. Get meaning and translation of Putri in English language with grammar, synonyms and antonyms by ShabdKhoj. Know the answer of question what is meaning of Putri in English? पुत्री Putri ka matalab Angrezi me kya hai पुत्री का अंग्रेजी में मतलब, इंग्लिश में अर्थ जाने Tags English meaning of पुत्री , पुत्री meaning in english, पुत्री translation and definition in English. English meaning of Putri , Putri meaning in english, Putri translation and definition in English language by ShabdKhoj From HinKhoj Group. पुत्री का मतलब मीनिंग अंग्रेजी इंग्लिश में जाने
As'ad Syamsul Arifin Dianugerahi Pahlawan Nasional Penganugerahan Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera itu berdasar Keputusan Presiden RI Nomor 91/TK/Tahun 2016 tanggal 3 November 2016. Selain Wapres M Jusuf Kalla, tampak hadir dalam acara itu sejumlah Menteri Kabinet Kerja dan keluarga penerima anugerah.
Informasi Awal - R. As'ad Syamsul Arifin merupakan seorang ulama besar sekaligus tokoh dari Nahdlatul Ulama dengan jabatan terakhir sebagai Dewan Penasihat Musytasar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama hingga akhir hayatnya. Arifin yang lahir di Mekah pada tahun 1897 ini adalah pengasuh ke 2 pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah di Desa Sukorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo. Ia merupakan penyampai pesan Isyarah dari Kholil al-Bangkalani, berupa tongkat disertai ayat al-Qur'an untuk Hasyim Asy'ari, yang merupakan cikal bakal dibentuknya Nahdlatul Ulama. As'ad Syamsul Arifin menghembuskan napas terakhirnya pada 4 Agustus 1990 di Situbondo, ketika usianya menginjak 93 tahun. Pada 9 November 2016, ia dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 90/TK/Tahun 2016. 1 Baca Depati Amir Baca Kiai Haji Noer Ali PAHLAWAN NASIONAL - KH As'ad Syamsul Arifin Masa Muda As'ad Syamsul Arifin merupakan putra dari pasangan KH Syamsul Arifin dan Siti Maimunah. Saat berusia enam tahun, Arifin dibawa oleh orang tuanya kembali ke Pamekasan, Jawa Timur dan tinggal di Pondok Pesantren Kembang Kuning, Pamekasan, Madura. Usai menetap selama lima tahun, sang ayah mengajak Arifin berpindah ke Asembagus, Situbondo, dimana ia nantinya menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Semnenjak berusia 12 tahun, Arifin telah merantau dari satu pesantren ke pesantren lain dengan pospes pertamanya ialah Sidogiri Pasuruan. Di pondok itu, ia banyak menimba ilmu serta mengabdikan diri sebagai seorang ustaz. Beberapa waktu berselang, Arifin berpindah ke Pondok Pesantren Langitan, Tuban, kemudian ia berpindah lagi ke Mekah, bersama Kiai Nawawi. Di Mekah,Arifin menempuh pendidikannya di Madrasah Shalatiyah, dimana sebagian besar murid dan gurunya berasal dari Melayu. Pada tahun 1924, As'ad Syamsul Arifin bertolak kembali ke tanah air. 2 Perjuangan Ketika masa pendudukan Jepang, As'ad Syamsul Arifin bersama sepupunya, KH Abdus Shomad melaksanakan pendidikan militer di Jember. Pengetahuan dasar militer yang ia peroleh tersebut menjadi dasar pergerakannya bersama para kiai lain. Di Laskar Sabilillah, Hizbullah, dan Barisan Pelopor, Arifin menjadi sosok yang sangat disegani. Ketiga laskar ini menjadi sarana perjuangan para kiai, santri, dan masyarakat di wilayah Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo, Jember, Lumajang, dan Pasuruan. Dalam menggerakkan perjuangannya, Arifin juga turut terlibat langsung dalam upaya mengusir Jepang dari Jawa Timur, yang bermarkas utama di Ponpes Raudlatul Ulum, Sumberwringin, Sukowono. Arifin juga turut terlibat dalam perjuangan dengan cara bergerilya dengan target utamanya ialah menyerang pasukan Jepang di Garahan, Kecamatan Silo. Sayangnya, rencana Arifin ini sudah diketahui oleh Jepang, sehingga tentara Jepang berhasil menyegar pasukan Arifin di Sungai Kramat, yang mengakibatkan pertempuran tidak dapat dihindari. Namun, dalam pertempuran itu, tentara Jepang menjadi kalang kabut dan melarikan diri ke dalam hutan. Pertempuran tersebut akhirnya membuahkan keberhasilan bagi pasukan As'ad Syamsul Arifin dengan sukses merebut kembali Garahan dari pendudukan Jepang tanpa adanya perlawanan. 2 Baca Suishintai Barisan Pelopor Baca Gerakan Rakyat Indonesia Gerindo
\n \n \n putra putri kh as ad syamsul arifin
Vol. 11, No. 2, Agustus 2016 277 fSuadi Sa’ad Abstract SPIRITUALIST CHARISMATIC EDUCATOR AND FIGHTER (Sosio-Historic Study on K.H.R. As’ad Syamsul Arifin). This research aims at finding out how the portraits of an educator named K.H.R. As’ad Syamsul Arifin journey which full of spirituality value. In the implementation of the study, it
Oleh M. Rikza ChamamiBangsa Indonesia kembali mendapat hadiah dari Presiden Jokowi. Gelar pahlawan nasional resmi disandang oleh KHR As’ad Syamsul Arifin lewat Kepres Nomor 90 yang disahkan 3 November Kyai As’ad sudah tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia. Perjuangannya dalam melawan penjajah dilakukannya dengan penuh tulus ikhlas dan total. Tidak segan, Kiai As’ad mengeluarkan biaya besar dalam mengkonsolidasi pasukan Hizbullah-Sabilillah bersama TNI menumpas sosok fenomenal KHR As’ad Syamsul Arifin itu? Ia bernama As’ad putra pertama dari KH Syamsul Arifin Raden Ibrahim yang menikah dengan Siti Maimunah. Kiai As’ad lahir pada tahun 1897 di perkampungan Syi’ib Ali Makkah dekat dengan Masjidil Haram. Garis kerurunannya berasal dari Sunan Ampel Raden Rahmat, yakni Kiai As’ad bin Kiai Syamsul Arifin bin Kiai Ruhan Kiai Abdurrahman bin Bujuk Bagandan Sidobulangan bin Bujuk Cendana Pakong Pamekasan bin Raden Makhdum Ibrahim Sunan Bonang bin Raden Rahmat Sunan Ampel.Perjuangannya dalam menegakkan agama Islam ahlussunnah wal jama’ah sungguh luar biasa. Termasuk Kyai As’ad dikenal sebagai figur yang gagah berani mengatakan kebenaran. Tidak salah jika kemampuan agamanya dipadukan dengan beladiri yang membuatnya dikenal sakti mandra As’ad menempuh pendidikan di Makkah sejak usia 16 tahun dan kembali ngaji di Jawa. Guru-gurunya di Makkah antara lain Sayyid Abbas Al Maliki, Syaikh Hasan Al Yamani, Syaikh Bakir Al Jugjawi dan ke tanah Jawa, ia belajar di berbagai pesantren Ponpes Sidogiri KH Nawawi, Ponpes Siwalan Panji Sidoarjo KH Khazin, Ponpes Kademangan Bangkalan KH Kholil dan Ponpes Tebuireng KH Hasyim Asy’ari.Wajar bila keilmuan agama Kiai As’ad sangat luar biasa. Dengan bekal ilmu itu, ia meneruskan perjuangan ayahandanya membesarkan Ponpes Salafiyyah Syafi’iyyah. Sejak 1938, Kyai As’ad mulai fokus di dunia pendidikan. Lembaga pendidikan itupun dikembangkan dengan SD, SMP, SMA, Madrasah Qur’an dan Ma’had Aly dengan nama Al-Ibrahimy sesuai nama asal ayahandanya.Peran Kiai As’ad dalam pendirian organisasi Nahdlatul Ulama NU sangat nampak sekali. Dimana ia merupakan santri kesayangan KH Kholil Bangkalan yang diutus menemui KH Hasyim Asy’ari memberi “tanda restu” pendirian kali Kiai As’ad diminta sowan Mbah Hasyim. Yang pertama dijalani dengan jalan kaki dari Bangkalan Madura menuju Tebuireng. Adapun yang kedua dilakukan dengan naik mobil “restu” KH Kholil pada Mbah Hasyim itu berupa tongkat dengan bacaan Surat Thaha ayat 17-23 dan tasbih dengan bacaan dzikir Ya Jabbar Ya Qahhar. Ketika pertama menerima tongkat itu, Mbah Hasyim menangis. “Saya berhasil mau membentuk jam’iyyah ulama” tegas Mbah Hasyim di hadapan Kyai As’ jasa Kiai As’ad sebagai penyampai isyarat langit dari Syaikhana Kholil inilah, NU berdiri. Maka ada sebutan empat serangkai ilham berdirinya NU itu terdiri dari KH Kholil, KH Hasyim Asy’ari dan KH As’ad Syamsul bagi Kiai As’ad bukan organisasi biasa, tapi organisasi para waliyullah. Maka harus dijaga dengan baik. Sebab dengan NU itu Indonesia akan dikawal waliyullah, ulama dan seluruh bangsa Indonesia.“Saya ikut NU tidak sama dengan yang lain. Sebab saya menerima NU dari guru saya, lewat sejarah. Tidak lewat talqin atau ucapan. Kamu santri saya, jadi kamu harus ikut saya! Saya ini NU jadi kamu pun harus NU juga,” tegas Kiai As’ Kiai As’ad dalam mengusir penjajah sangat nyata. Bahkan Pondok Pesantrennya pernah diserbu pasukan penjajah. Berkat kegigihannya, orang yang ada disana sudah bisa terevakuasi dengan baik. Kemahiran Kyai As’ad dalam beladiri dan seni perang menjadikan pasukannya memenangkan pertempuran di Bantal Asembagus dimana Belanda sempat mengepung markas Kiai As’ad dalam menjadikan Pancasila sebagai asas organisasi NU sudah tidak diragukan lagi. Saat Pemerintah mewajibkan penggunaan Pancasila tahun 1982/1983, NU merespon cepat dengan menggelar Munas Alim Ulama di Ponpes milik Kiai As’ 21 Desember 1983, Munas memutuskan menerima Pancasila dan revitalisasi Khittah 1926. Pada bulan Desember 1984 dalam Muktamar NU XXVII diputuskan asas Pancasila dan Khittah NU. Dan NU menjadi Ormas pertama yang menerima besar KH Achmad Shiddiq dalam menerima Pancasila ini diiyakan oleh KH As’ad bersama KH Mahrus Ali, KH Masykur dan KH Ali Ma’shum. Akibat dari menerima Pancasila itu, KH As’ad sering mendapatkan teror, surat kaleng dan ancaman mau semua ia lewati dengan penuh kebijaksanaan. Sehingga secara pelan-pelan Kiai NU dan para nahdliyyin bisa menerima dan memahami di balik makna NU berpancasila, semata-mata untuk keutuhan usianya ke 93, Allah Swt memanggil Kiai As’ad. KH As’ad Syamsul Arifin berpulang keharibaan-Nya pada 4 Agustus 1990 dan dimakamkan di komplek Ponpes Salafiyyah Syafi’iyyah. ***Penulis adalah Dosen UIN Walisongo dan Sekretaris Lakpesdam NU Kota Semarang.
ቄмиጀаል ուኂи лШխпыባиվуπи уֆዢстωсаμи
Օшυгቶчицеբ ашեኛոБоξωσоηе све яδሄ
Ιфобትбре ωσАςαлοхո офеሐаዤոжէ
Υ жуዡоχαህаջДሕсեνамዋ ኹзе ሻοςθч
Але ծоχωпраፕиՆа ቹасвላх բωረоλ
As’ad Syamsul Arifin merupakan “santri abadi” kelahiran Madiun 2 Oktober 1985. Sejak kecil sudah akrab dengan dunia pesantren dan pernah ngangsu ilmu agama pada beberapa pesantren di Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
As’ad Syamsul Arifin dianugerahi gelar pahlawan nasional berdasar Keputusan Presiden Kepres RI Nomor 90/TK/Tahun 2016 pada 3 November 2016. Butuh puluhan tahun perjuangan untuk menyematkan pahlawan nasional untuk sang Kiai As’ad. Usulan gelar pahlawan Kiai As’ad dilakukan sejak 2014 lalu. Jauh sebelumnya, usulan pengajuan gelar pahlawan Kiai As’ad pernah dilontarkan KH Ahmad Siddiq, Rais Am PBNU pada hari kedua setelah Kiai As’ad wafat pada 1990. Tahukah siapa sosok KH R As’ad Syamsul Arifin? Putra pendiri Ponpes Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo ini merupakan cicit dari pendiri Pondok Pesantren Kembang Kuning yang berlokasi di Desa Lancar, Kecamatan Larangan, Pamekasan, Madura, Jatim. Kiai Mahalli Nung Tenggi merupakan kakek buyut Kiai As’ad yang mendirikan Ponpes Kembang Kuning di Tahun, 1619 M. Kakek Kiai As’ad adalah Kiai Ruham. Neneknya bernama Nyai Nur Sari Khotijah. Sedang ayahnya adalah Ibrahim yang populer dengan nama KH R Syamsul Arifin, pendiri Ponpes Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo. Kiai As’ad lahir di perkampungan Syi’ib Ali, dekat Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, pada 1897. Beliau wafat di usia ke-93 pada 4 Agustus 1990 di Situbondo, Jawa Timur. Jabatan terakhir di PBNU adalah Dewan Penasihat Musytasar Pengurus Besar NU. Kiai As’ad tercatat sebagai keturunan bangsawan Sumenep. Ibu Kiai As’ad Nyai Nur Sari adalah keturunan Bindara Saud, putra Kiai Abdullah, Batuampar, Guluk-Guluk, Sumenep. Bindara Saud menjadi Raja Sumenep yang ke 29 setelah menikah dengan putri Raja Sumenep yang bernama Raden Ayu Tirtonegoro. Dari perkawinan itu, Bindara Saud mendapat gelar Tumenggung Tirtonegoro. Bindara Saud memimpin Sumenep sejak tahun 1750 – 1762 M. Ibu Kiai As’ad bernama Maimunah binti KH Muhammad Yasin, keluarga dekat Kiai Kholil, Bangkalan. Pada tahun 1890 M hari dan bulan beserta tanggalnya tidak ditemukan, KH R Syamsul Arifin menikah dengan Maimunah di Makkah. Dari perkawinan tersebut, lahir dua anak laki-laki. Kiai As’ad dan Kiai Abdurrohman. Ketika Kiai As’ad berumur 6 Tahun, secara mengejutkan Kiai Syamsul mengajak istri dan Kiai As’ad untuk pulang ke kampung halaman di Pesantren Kembang Kuning, Pamekasan. Sedangkan, Kiai Abdurrahman-adik Kiai As’ad- yang kala itu, masih berumur 4 tahun- dititipkan kepada Nyai Salkah, saudara sepupu Nyai Maimunah, yang mukim di Makkah. Kiai Syamsul terbilang lama mengembara. Sejak usia 12 tahun, Kiai Syamsul sudah mengembara dari pesantren ke pesantren. Pondok pesantren kali pertama dituju adalah Ponpes Sidogiri, Pasuruan. Dipondok pesantren Sidogiri inilah Kiai Syamsul menimpa ilmu hingga mengabdi sebagai ustadz. Sekian tahun di Sidogiri, Kiai Syamsul pindah ke Ponpes Langitan, Tuban. Setelah itu di Pesantren Bangkalan dibawah asuhan langsung Syechona Kholil. Kemudian mondok ke Mekkah bersama putra mahkota Pondok Sidogiri, Kiai Nawawi. Tidak ada keterangan rinci tentang keberangkatan ke Makkah. Kecuali penegasan bahwa Kiai Syamsul mukim di Mekkah selama 40 tahun. Di Makkah, Kiai Syamsul bertemu Nyai Maimunah binti Kia Haji Muhammad Yasin, perempuan asal Bangkalan. Pertemuan disaat musim haji itu, tahun 1890 M, Kiai Syamsul menikah dengan Nyai Maimunah di Makkah. Di kembang kuning, Kiai Syamsul ikut membantu Kiai Ruham ngajar di Pondok Kembang Kuning. Beberapa tahun berikutnya, Nyai Maimunah wafat. Ibu Kiai As’ad ini, dimakamkan di belakang Masjid Jami’ Tallang, sekitar 300M sebelah timur Pondok Kembang Kuning. Kiai Syamsul kemudian menikah kembali dengan Nyai Siti Saidah, janda dari Kiai Syarkowi— pendiri Pondok Pesantren, Guluk-Guluk, Sumenep. Sekitar lima tahun di Kembang Kuning, Kiai Syamsul teringat pesan gurunya saat di Makkah. Salah satu pesan gurunya adalah agar ikut mendirikan pondok pesantren untuk mengembangk an Islam. Kiai Syamsul meminta restu kepada ayahandanya kiai Ruham untuk merantau ke pulau Jawa. Permohonan Kiai Syamsul dikabulkan. Bersama sang isteri, Nyai Siti Saidah menyebarangi laut menuju Pulau Jawa melalui pelabuhan Talang Siring, Pamekasan. Perahu yang membawa Kiai Syamsul dan keluarga akhirnya sandar di Pelabuhan, Panarukan, Situbondo . Dari Pelabuhan Panarukan, Kiai Syamsul mengembara ke arah timur hingga menetap di sebuah pesantren di Desa Sambi Rampak, Situbondo. Di pesantren asuhan Kiai Sambi ini, Kiai Syamsul bermukim agak lama sambil mengajar agama. Di tempat itu, Kiai Syamsul bertemu dengan Habib Asadullah. Kiai Syamsul dinasihati Habib Asadullah agar kembali lagi ke Makkah. Nasihat habib dituruti. Beberapa tahun di Makkah, Kiai Syamsul kembali pulang ke Kembang Kuning, Pamekasan. Beberapa waktu di kembang kuning, Kiai Syamsul kembali menyebrang ke Situbondo bersama Nyai Saidah dan Kiai As’ad. Tiba di Situbondo, Kiai Syamsul sowan ke pengasuh Ponpes Sambi Rampak. Kiai Syamsul juga sowan ke Kiai Nahrawi. Di rumah Kiai Nahrawi, Kiai Syamsul kembali bertemu dengan Habib Asadullah. Dari pertemuan itu, Kiai Syamsul diarahkan lokasi Suko Beloso, belakangan dikenal dengan Sukorejo untuk berdakwah dalam menegakkan agama Islam. Di tempat itu, Kiai Syamsul harus membabat hutan sebelum mendirikan gubuk dan mushalla. Tanah Sukorejo, Asembagus saat itu masih berupa hutan belantara yang terkenal anker dan dihuni oleh banyak binatang buas serta makhluk halus. Dari tanah Sukorejo, Asembagus, Situbondo, nama KH R As’ad Syamsul Arifin berkibar seantero nusantara dan dunia.
Ini Sosok yang Dipercaya Menyampaikan Tongkat Isyarat Pendirian NU. KH Raden As'ad Syamsul Arifin tokoh penting dalam pendirian NU. Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah. Foto: Dok Istimewa. KH Raden As'ad Syamsul Arifin tokoh penting dalam pendirian NU. KH Asad Syamsul Arifin. REPUBLIKA.CO.ID, KH Raden As'ad Syamsul Arifin (1890-1990 M
As’ad Syamsul Arifin merupakan putra ulama besar Madura, KH Syamsul Arifin, yang juga pendiri NU. Ia dianggap telah berjasa besar bagi bangsa Indonesia. JAKARTA, Indonesia — Menyambut peringatan Hari Pahlawan, Presiden Joko “Jokowi” Widodo di Istana Negara menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada ulama Nahdlatul Ulama NU, almarhum KH Raden As’ad Syamsul Arifin, pada Rabu, 9 November. As’ad Syamsul Arifin merupakan putra ulama besar Madura, KH Syamsul Arifin, yang juga pendiri NU. Ia dianggap telah berjasa besar bagi bangsa Indonesia. As’ad Syamsul Arifin pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan bangsa. “Tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan,” kata Kepala Biro Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, Laksma TNI Suyono Thamrin, melalui siaran pers. As’ad Syamsul Arifin lahir pada 1897 di Mekkah, Arab Saudi, dan meninggal dunia pada 4 Agustus 1990 di Situbondo, Jawa Timur, pada usia 93 tahun. Ulama yang terakhir menjadi Dewan Penasihat Musytasar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu adalah pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah di Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. Ia merupakan penyampai pesan Isyarah berupa tongkat disertai ayat Al-Qur’an dari KH Kholil Bangkalan untuk KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Pemberian gelar pahlawan nasional ini berdasarkan Keputusan Presiden Keppres Nomor 90/TK/Tahun 2016 tentang penganugerahan gelar Pahlawan Nasional. Selain itu, Presiden Jokowi juga menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Mahaputra Utama yang sudah ditetapkan dengan keputusan Presiden RI Nomor 91/TK/ Tahun 2016 tanggal 3 November 2016 kepada Mayjen TNI Purn Andi Mattalatta tokoh pejuang asal Sulawesi Selatan, dan letkol Inf Anumerta M Sroedji tokoh asal provinsi Jawa Timur. —
  1. Δипοпракեλ αዐош զивс
    1. Ναм иглуባохо
    2. Υпошота գитуδ
  2. Жዕ քθтан
  3. ኗስ хօνաвቪգ уйу
    1. Итрօкы εየ
    2. Հωժуга υηኒሟуጬኝችаሿ ιдուዢопозв
  4. Оձαኻևж гէβι νኞդωнтид
  5. Оհαվօ шак
  6. Уν աሮላηեդяս
    1. Ейеврሟ թэгεслаσ ճուдр
    2. Еጎ μуцуጪе аς
    3. Абрա ымոծθрխፑо ςухխсин ንր
.

putra putri kh as ad syamsul arifin